visitors

Flag Counter
BAIHAQI FUADI. Diberdayakan oleh Blogger.

BISNIS FURNITURE


Serba-Serbi Bisnis Furniture



Untuk memulai sebuah bisnis furnitur biasanya didasari oleh ketertarikan akan banyaknya bahan baku seperti kayu jati dan kayu sono keling yang ada di sekitar kita. Paling tidak, hal inilah yang dialami oleh salah seorang anggota milis Dunia Wirausaha yang kebetulan mempunyai kebun yang sudah ditanami kayu jati kurang lebih 1500 pohon dan akan siap olah (untuk dijadikan furniture) dalam waktu lima tahun.

Apa saja yang kira-kira dibutuhkan oleh calon pengusaha furniture? Inilah yang akan dibahas pada artikel kali ini mengenai serba serbi bisnis furniture.

Sebagai pemula, mungkin inilah pertanyaan-pertanyaan pertama yang akan tersirat:

Apa saja peralatan yang dibutuhkan untuk membuat furniture dengan hasil akhir kualitas yang baik atau untuk ekspor? Dimana peralatan tersebut bisa didapatkan?
Berapa karyawan pokok yang diperlukan untuk membuat furniture dari proses awal sampai jadi?
Bagaimana prospek dari usaha ini?
Berapa modal awal sampai usaha itu bisa menghidupi dirinya?
Apakah perlu showroom atau galeri?
Apa saja kendala yang dihadapi?
Bagaimana masalah jarak akan mempengaruhi cost seperti sewa tempat, transportasi, pengawasan, dll.

Beberapa pertanyaan diatas terjawab dari hasil diskusi dan masukan para anggota milis Dunia Wirausaha mengenai bisnis furniture, berikut ini:

Jeli Melihat Peluang

Melihat perekonomian sekitar lingkungan rumah kita adalah hal pertama yang bisa kita lakukan. Misalnya saja, dengan memperhatikan bahwa ternyata perekonomian warga sekitar cenderung meningkat sehingga membuka peluang adanya calon-calon konsumen yang sanggup membeli produk furniture yang akan diproduksi.

Hal utama yang harus diperhatikan dalam memulai bisnis ini adalah harus menemukan pasarnya terlebih dulu. Karena, model, kualitas dan gaya akan sangat tergantung pada pasar yang dituju.

Target market misalnya bisa dibagi:
Individu : dalam & luar negeri.
Hotel, restoran, kafe, kantor, dll.
Galeri/showroom yang sudah ada.

Showroom milik sendiri kemungkinan besar tidak perlu, kalau memang tujuan produksi adalah untuk diekspor. Importir biasanya lebih tertarik melihat display workshop dibanding showroom. Pembeli datang dan menentukan model, warna, kualitas dan kuantitas. Sehingga kita tinggal mengerjakan sesuai order tersebut.

Tempat/Lokasi:

Memakai yang sudah ada, misalnya rumah sendiri. Sehingga tidak ada biaya sewa tempat.

Apabila menempati lahan di kota tentunya ada biaya sewa dan tenaga kerja yang lebih mahal. Sebaliknya, dengan tetap menempati desa, sewa lahan tenaga kerja lebih murah, namun akan ada tambahan cost promosi ke kota dan juga transportasi.

Adanya galeri yang terdapat di daerah pedesaan biasanya bisa menjadi daya tarik untuk para calon pembeli dari luar negeri walaupun seperti yang disebutkan diatas, transportasi dan jarak juga ikut memberi andil.

Secara umum, memulai bisnis ini memerlukan
Galeri ( atau show room) sebagai tempat memajang produk-produk.
Pabrik sederhana yang terdiri dari beberapa mesin : mesin serut, mesin gergaji, dll.
Gudang sebagia penyimpanan bahan mentah (kayu, dll), bahan finishing (cat-cat, pernis-pernis,amplas,dll), mata bor, mata gergaji, dll.
Ruang kantor.
Penawaran:

Bisa dari beberapa hal:

Buat terlebih dulu satu atau contoh furniture lalu ditawarkan pada warga sekitar. Sebaiknya memulai bisnis ini tidak dilakukan sendirian, bisa meminta bantuan saudara atau tetangga yang sudah ahli pertukangan kayu. Mereka ini yang diberi modal untuk pembuatan prototipe sebanyak satu atau dua buah atau dipan.
Pajang didepan rumah atau tawarkan ke warga sekitar atau bahkan pada showroom yang sudah ada di kota terdekat.
Difoto untuk kemudian ditawarkan melalui email atau website sederhana.

Disain dan Kualitas

Competitive advantage-nya meliputi :
Kualitas kayu (misalnya sudah di oven atau belum).
Kehalusan pengerjaannya (tidak boleh asal jadi).
Tepat waktu dalam menyelesaikan sebuah order.
Kejujuran pemilik, misalnya: jangan lakukan finishing pada produk setengah jadi sebelum buyer melihatnya.
Beberapa kasus yang pernah terjadi:
banyak perusahaan furniture menipu dengan cara melakukan finishing pada produk sehingga kurang fair. Misalnya, kursi dicat warna merah atau hitam sehingga menutupi kualitas kayu yang sebetulnya jelek.
Dari segi disain bisa meniru dari berbagai majalah atau dengan rajin berjalan-jalan ke daerah furniture terkenal seperti Jepara misalnya.

Untuk disain dan kualitas nampaknya memang tukang kayu dan sang disainer merupakan hal yang vital disamping marketing tentunya. Penting juga untuk selalu bertukar pikiran dengan tukang kayu berkaitan dengan masalah jenis kayu yang akan digunakan agar sesuai dengan disain yang dikehendaki.

Seorang anggota milis DW memberi masukan tentang pembagian secara umum yang berkaitan dnegan disain:
Disain antik
Disain minimalis

Antisipasi Resiko Yang Mungkin Terjadi:
Buatlah setiap transaksi dalam bentuk kontrak atau dalam bentuk Surat Perintah Kerja yg dikeluarkan atau diterbitkan oleh pihak buyer (penandatangan haruslah orang yg berwenang).
Kontrak juga harus mencantumkan masalah DP dan pelunasana sebelum, saat dan sesudah produk dikerjakan sampai selesai.
Siapkan surat jalan, kwitansi dan tanda terima.
Setiap disain yang disetujui harus ditandatangani oleh kedua belah pihak.. Jadi sebelum produk itu dibuat, haruslah ada gambar dan spesifikasinya sehingga bekerja berdasarkan spesifiksi tersebut.
Salah satu resiko paling besar adalah saat produk dalam perjalanan (delivery), produk bisa pecah atau hancur. Oleh karena itu packing yang baik juga sangat menentukan. Untuk meminimalkan resiko, bisa saja kontrak menyebutkan bahwa barang diambil sendiri di gudang pemilik.
Masalah internal perusahaan (kejujuran pegawai, pemakaian bahan yg efisien dan efektif, dll).

Quote dari salah seorang anggota milis DW:

"Hermawan Kertajaya mengatakan bahwa marketing adalah 'deal with the market'. Jadi bukan karena produk anda bagus dan berkualitas, tapi apakah pasar memang membutuhkannya atau tidak. So, let's deal with the market."
Labels: Bisnis Lain Lain

KAYU YANG BAIK

Kayu Laminating Lebih Kuat







Seringkali orang ragu ketika akan membuat suatu laminasi pada kayu solid. Keraguan itu timbul karena kayu solid masih menjadi sebuah material yang terbukti kuat dan awet. Beberapa faktor terutama pada proses laminasi memiliki peranan penting pada hasil dan kekuatan laminasi tersebut. Kita perlu ketahui dahulu jenis kayu dan densitas kayu solid tersebut. Kayu yang memiliki densitas tinggi biasanya memiliki pori-pori yang memiliki daya ikat kuat satu dengan lainnya. Oleh karena itu lem yang mengikat komponen satu dengan lainnya juga harus cukup kuat. Sedangkan kayu dengan densitas rendah cenderung memiliki kekuatan belah yang rendah. Lem kayu yang berkualitas baik sudah selayaknya memiliki daya ikat yang baik pula ketika diaplikasikan dengan benar. Lem kayu telah melewati beberapa ujian kekuatan antara lain dengan cara merendam hasil laminasi selama 24 jam di dalam air. Atau bisa dengan memberikan beban tertentu pada laminasi. Beberapa hasil uji menunjukkan bahwa garis laminasi tetap utuh, namun justru bagian kayu yang terbelah karena tidak mampu menahan tarikan. Laminasi pada dasarnya justru memiliki daya ikat lebih baik daripada kayu solid itu sendiri apabila proses pengelemennya dilakukan dengan benar. Pengecekan pada Laminasi: 1. Kayu yang akan dilaminasi harus kering (memiliki level MC yang baik). Bertujuan agar lem kayu bisa benar-benar meresap dengan baik ke dalam kayu. 2. Jangan lakukan laminasi pada jenis kayu yang berbeda untuk mendapatkan hasil terbaik. 3. Jangan lakukan laminasi pada jenis kekerasan kayu yang berbeda terlalu jauh ; kayu keras dengan kayu lunak ; kayu teras dengan kayu gubal. 4. Apabila memungkinkan, kayu yang dilaminasi sebaiknya memiliki ukuran lebar atau tebal yang sama. Susunan ini bisa membantu kayu dari resiko melengkung. 5. Permukaan bidang laminasi harus halus dan sama rata. Hal ini akan membantu perataan luas bidang lem dan ikatan antar komponen. 6. Viskositas lem kayu harus pada standar yang direkomendasikan oleh produsen lem. 7. Pressing sangat penting untuk laminasi. Lebih besar tekanan yang diberikan akan membantu 'penetrasi' lem ke kayu lebih baik sehingga jumlah lem yang meresap akan lebih banyak. 8. Drying time lem pada saat pressing juga sangat penting. Untuk lem normal, waktu untuk pressing bisa sekitar 3-4 jam. Setelah itu bisa diletakkan tanpa tekanan tinggi selama 24 jam sebelum laminasi tersebut memasuki proses pengerjaan selanjutnya. Apabila anda bisa dengan efektif menjalankan kontrol tersebut, maka pilihan untuk membuat laminasi akan menjadi lebih mudah. Secara teknis dan ekonomis, laminating lebih baik dari kayu solid (tidak berlaku pada jenis kayu tertentu). Hal lain yang akan harus menjadi pertimbangan anda selanjutnya adalah masalah estetika antara lain bahwa garis laminasi akan merusak nilai estetis dari produk anda atau tidak?

SEJARAH CETAKAN


SEJARAH CAETAKAN KAYU


Cetakan Kayu.
1. Sejarah Permulaan Cetakan Kayu ( Woodblock Printing )
Cetakan kayu (woodblock Printing) merupakan teknik percetakan teks, imej, atau corak yang digunakan secara meluas di Asia Timur terutamanya negara China. Cetakan ini asalnya merupakan cara mencetak imej, teks, atau corak di atas permukaan kain ( textile) dan kemudiannya dicetak di atas kertas. Cara ini digunakan untuk mencetak pakaian iaitu pada awal 220 masihi di China dan Mesir pada awal abad ke 4. Di Jepun seni cetakan kayu lebih dikenali sebagai Ukiyo – e. Kebanyakkan masyarakat Eropah telah menggunakan teknik percetakan di atas permukaan kertas iaitu daripada potongan kayu ( woodcut ) kecuali untuk Block Book yang dihasilkan pada lingkungan abad ke 15.


2. Teknik.
Blok kayu disediakan sebagai ukiran timbul, di mana kawasan yang menunjukkan warna putih dibuang atau diukir dengan pisau, pahat atau kertas pasir dan membiarkan imej timbul pada permukaan asal. Blok itu dipotong secara memanjang mengikut ira kayu. Ini penting dalam meletakkan dakwat pada blok dan membuatkan ia lebih tahan serta kukuh dan boleh bersentuhan dengan kertas mahupun kain bagi mendapatkan imej cetakan yang baik.
Imej yang dilukis atau dihasilkan pada blok kayu itu haruslah dalam kedudukan imej cermin terutama sekali jika terdapat teks padanya. Seni mengukir ini secara teknikalnya dikenali sebagai Xylography. Namun begitu, istilah ini jarang digunakan dalam Bahasa Inggeris.


Terdapat beberapa cara membuat cetakan yang perlu diambil berat :

a. Stamping.
Digunakan ke atas kebanyakkan fabrik dan kebanyakkanya cetakan kayu awal eropah. (1400 – 1440). Percetakan dilakukan dengan meletakkan kertas atau fabrik ke atas meja atau apa sahaja permukaan rata dengan blok kayu itu di atasnya dan menekan atau mengetuk bahagian belakang blok kayu itu.

b. Rubbing.
Cara yang sering digunakan bagi cetakan kertas timur. Selain itu ia juga digunakan dalam cetakan kayu eropah.

SEJARAH UKIRAN



SEJARAH UKURAN KAYU











Seni ukir kayu adalah salah satu khasanah tradisi bangsa yang masih lestari. Beberapa daerah di nusantara, seperti Jepara, Yogyakarta, Solo, Bali, Kalimantan, Sulawesi, atau Toraja, memiliki banyak perajin ukir kayu yang karyanya diakui dunia. Hasil ukiran mereka, baik dengan media pintu, jendela, kursi, topeng, atau meja menjadi barang ekspor. Kita patut berbangga hati karenanya. Mengukir kayu membutuhkan keahlian khusus, meskipun demikian, keahlian ini bukannya tidak dapat dipelajari. Selain melalui pendidikan formal, saat ini sudah banyak buku yang membahas cara mengukir kayu dengan baik. Seperti buku berjudul Penuntun Belajar Mengukir Kayu bagi Pemula karya Saiman Rais dan Suhirman ini yang sangat sesuai bagi Anda para pemula yang ingin belajar seni ukir kayu.




Dalam buku ini, kedua penulis yang berlatar belakang sekolah seni dan saat ini berprofesi sebagai guru sekaligus perajin ukir kayu, tampak memahami seni ukir kayu, sehingga dalam menguraikan tahap demi tahap dalam mengukir dalam buku ini disajikan dengan bahasa yang cukup komunikatif. Pembaca dan pengukir pemula akan mudah memahami. Bahkan, pengukir kayu pemula akan dapat langsung praktek karena dalam buku ini juga disertai gambar-gambar.




Buku ini dibagi dalam 7 bab. Bab satu menguraikan tentang cara mengenal kayu sebagai bahan ukiran (h. 1-10), di antaranya membahas tentang umur kayu, warna kayu, arah serat, massa jenis kayu, cat kayu, dan jenis kayu. Bab dua menguraikan tingkat kekerasan kayu (h. 11-14), di dalamnya berisi tentang beragam jenis kayu. Bab III membincangkan tentang peralatan mengukir, yang dibagi dalam 2 jenis, yaitu peralatan pokok dan bantu (h. 15-38).




Bab empat membahas tentang motif, corak, dan cara mendesain (h. 49-63). Bab lima berbicara tentang langkah-langkah praktek pengukiran kayu, seperti tahap menggambar ragam hias tradisional, menggambar desain ukiran, cara menggunakan peralatan, praktek mengukir, dan cara memelihara peralatan ukir (h. 69-100). Bab enam membahas tentang cara mengkilapkan dan mewarnai ukiran, seperti cara menggunakan politur (h. 107-109). Bab tujuh disertakan contoh-contoh seni hasil ukiran kayu (h. 111). Mencermati pembahasan yang ada, buku ini sangat cocok untuk para guru seni kriya di SMU atau SMK.




Terdapat beberapa pesan penting dari buku ini, antara lain bahwa mengukir kayu itu mudah. Bagi pengukir pemula, dengan membaca dan mengerjakan tahap demi tahap cara mengukir dalam buku ini, tentu akan bisa meskipun nanti hasilnya belum maksimal. Selain itu, Keberadaan buku ini membuktikan bahwa negeri ini kaya akan tradisi seni ukir kayu. Beragam hasil budaya seni ukir hampir dimiliki oleh setiap suku bangsa di Indonesia. Negeri ini juga kaya akan hasil hutan berupa kayu. Sebelum hutan dibabat oleh para pengusaha nakal, hutan Indonesia menjadi salah satu yang terluas di dunia. Kayu Indonesia dikenal sebagai salah satu yang terbaik.




Negeri ini pun kaya akan manusia kreatif. Tanpa kreativitas, motif seni ukir akan monoton. Perkembangan motif inilah yang membuat seni ukir menjadi menarik dan bertahan lama. Pesan di atas penting untuk dikemukakan, bahwa seni ukir bukanlah hanya dimiliki oleh orang yang berjiwa seni saja. Selain itu, kewajiban masyarakat melestarikan tradisi seni ukir tidak hanya jika ia dapat mengukir, melainkan juga menghargai alam.


Seni ukiran kayu adalah seni kraftangan yang telah lama wujud di kalangan masyarakat di Kepulauan Nusantara. Seni ukiran yang dipersembahkan melalui bahan kayu ini sama seperti seni ukiran yang lain cuma berbeza dari segi cara dan teknik pengukirannya. Seni ini begitu berkembang luas di Malaysia dan Indonesia, kedua-dua buah negara ini merupakan negara yang mempunyai hasil kayu-kayan yang banyak di mana terdapat kira-kira 3000 spesis kayu-kayan. Di samping itu juga, kayu adalah bahan alam yang sangat sesuai untuk diukir dan boleh dipelbagaikan kegunaannya. Dalam blog ini, fokus akan ditumpukan kepada seni ukiran masyarakat Melayu.
Ukiran kayu merupakan hasil seni rupa tradisi Melayu yang terulung iaitu sejak dari 500 tahun dahulu.Ianya juga terkenal dengan keunikan, kelembutan, dan kehalusan bentuknya.Ini dapt dilihat pada ukiran- ukiran yang terdapat di istana dan rumah- rumah kediaman masyarakat Melayu dahulu kala. Justeru itu, keindahan dan keunikan warisan bangsa yang bernilai ini mesti dipelihara dan dipertahankan.


Definisi ukiran kayu

Menurut istilah dewan bahasa: Seni ukiran merupakan satu proses menorah, menggores, dan memahat dengan menggunakan pahat untuk membuat reka bentuk pada kayu atau barang perhiasan dan lain-lain.
Kesimpulannya, ukiran kayu adalah kerja mengukir atau menggores kayu mengikut reka corak yang tertentu dengan menggunakan alatan seperti pahat, pisau, dan sebagainya.
Usaha kerja mengukir merupakan satu cara penghayatan, penyataan seni emosi pengukir dan daya cipta dalam bentuk tampak terhadap beraneka benda serta berfungsi terhadap penggunaannya pada masyarakat. Tekniknya paling bebas dan tidak tertakluk kepada seni bina. Walaubagaimanapun, tidak boleh berdiri dengan sendiri tanpa pertolongannya kerana ianya penyokong kepada rupa ukiran tersebut.


PERALATAN UNTUK MERAKIT SEBUAH PRODUK


Peralatan dan Bahan Pembuatan Kriya Kayu












Persiapan Peralatan :


1. Pahat sebagai peralatan pokok terdiri beberapa jenis yaitu:


(a) Pahat Kuku, pahat ini berjumlah sekitar 20 batang dengan berbagai ukuran, pahat ini digunakan untuk memahat bagian-bagian yang melengkung.


(b) Pahat lurus (Pengancap) berjumlah sekitar 10 batang dengan berbagai ukuran, pahat ini digunakan untuk memahat bagian yang lurus.


(c) pahat Col/penatar berjumlah 4 batang, digunakan untuk meratakan bagian dasar ukiran yang mencorok kedalam yang tidak dapat dijangkau oleh pahat lurus.


(d) Pahat setengah lingkaran berjumlah 3 batang berbagai ukuran, digunakan untuk memahat bagian motif lengkung dan mencorok kedalam yang tidak dapat dijangkau oleh pahat kuku.


(e) Pahat miring 2 batang, digunakan untuk meraut dan memahat pada bagian-bagian sudut.


2. Cara Perawatan Pahat Ukir


Perawatan pahat ukir kayu meliputi :


-Penggunaan yaitu pahat harus digunakan sesuai dengan fungsinya, misalnya pahat kuku harus digunakan untuk memahat bagian yang lengkung, cembung, cekung. Pahat lurus harus digunakan untuk memahat bagian yang lurus, demikian juga fungsi pahat yang lainnya. Penggunaan pahat yang tidak sesuai dengan fungsinya akan merusak mata pahat.


- Cara Mengasah yaitu agar dalam mengasah mata pahat tidak berubah dan pahat menjadi lebih tajam, oleh karena itu masing-masing pahat ada cara tersendiri dalam mengasah, misalnya pahat kuku diasah pada sisi sudut batu asah, dan dimulai dari pahat yang paling kecil sampai pada pahat yang paling besar. Pahat lurus diasah pada permukaan batu asah yang datar dimulai dari pahat yang paling besar sampai pahat yang paling kecil.Pahat miring diasah pada permukaan batu asah yang datar menuju ke sudut, diputar-putar pada permukaan batu asah. Pahat segitiga diasah hanya pada bagian luar saja agar bentuk mata pahat tidak berubah. Pahat col diasah pada permukaan batu asah yang datar bergantian bagian bawah dan atas. Dan pahat cengkrong diasah dengan cara sama seperti pahat kuku.


- Kebersihan Pahat. Sebelum dan sesudah pemakaian pahat harus dibersihkan dari kotoran dan debu agar pahat tidak mudah tumpul. Penyimpanan pahat harus dipisahkan berdasarkan jenisnya agar mata pahat tidak menyentuh pahat lain, dan untuk menjaga agar pahat tidak berkarat sesekali harus diminyaki dengan minyak kelapa atau minyak pelumas lainnya.


b. Peralatan Penunjang


(a) Palu kayu : kayu yang baik untuk bahan palu adalah kayu-kayu yang berat seperti kayu asam, kayu jambu, dan kayu cemara, diusahakan dari serat kayu terpilin agar tidak mudah pecah.batu asah.


(b) Sikat ijuk : digunakan untuk membersihkan ukiran dari kotoran bekas pahatan dan menghilangkan debu yang melekat pada ukiran.


(c) Alat-alat gambar : digunakan untuk membuat desain baik desain pokok maupun desain motif, jenis peralatan tersebut adalah pensil, spidol, penggaris, karet penghapus, jangka, routring, dan lain-lain.


(d) Alat-alat pertukangan seperti gergaji, schaap, meteran, kapak, siku-siku, dan lain-lain.


(e) Batu asah : untuk menajamkan peralatan baik pahat atau paralatan lainnya. Batu asah ada dua jenis yaitu batu asah kasar untuk memperbaiki mata pahat yang rusak mempercepat pengasahan, dan batu asah halus, untuk menyempurnakan ketajaman pahat.


3. Bahan


Pemahaman tentang kayu adalah penting, karena hal ini akan memberikaan wawasan kepada mahasiswa jenis kayu yang baik dalam pembuatan karya seni kriya. Di dalam pengenalan bahan kayu ini menyangkut masalah struktur kayu, ini penting diketahui adalah untuk menentukan bagian kayu yang mana yang baik untuk pembuatan karya dan bagian-bagian kayu yang mana saja yang tidak baik dalam pengerjaan karya ukir maupun karya kriya. Pembahasan mengenai materi tentang kayu itu telah dibahas secara mendalam pada MK. Pengetahuan Bahan kriya.


Bahan yang perlu dipersiapkan adalah:


(a) Kayu Sebagai Bahan Pokok : Jenis kayu yang baik diukir antara lain; kayu jati, cempaka, aghatis, mahoni, suar, nangka, sonokeling, sonokembang, kepelan dan sejenisnya. Untuk mengetahui kualitas suatu jenis kayu perlu dipelajari pengetahuan tentang kayu yang menyangkut sifat-sifat kayu, bagian-bagian kayu, faktor perusak kayu, keawetan kayu dan lain-lain. Hal ini tidak mungkin saya jelaskan secara detail dalam pelatihan ini karena keterbatasan waktu dan padatnya materi.


(b) Bahan Penunjang yaitu; bahan-bahan untuk finishing : cat, politur, tinner, amplas, clear, dan lain-lain.

KAYU LOG YANG MENGALAMI PENYUSUTAN



Kayu log juga mengalami penyusutan


Sebagaimana kayu belahan yang bisa mengalami penyusutan karena perbedaan kelembaban udara, maka kayu log-pun masih bisa menyusut. Sebuah pohon yang baru saja ditebang memiliki level MC antara 40-60%. Pada beberapa area penebangan pohon mereka akan meletakkan log-log tersebut di luar selama beberapa hari bahkan beberapa minggu untuk mengurangi level MC.

Untuk mencegah retak atau pecah pada log, dipasanglah semacam paku yang berbentuk seperti cacing pada ujung log (desain yang ada bisa bermacam-macam) untuk mencegah log retak atau pecah ujung. Log yang pecah atau retak otomatis akan mengurangi nilai ekonomisnya.
Beberapa tempat tertentu memiliki metode yang berbeda. Setelah pohon dipotong, kulit pohon segera dikupas dan kayu dibiarkan dalam ukuran yang lebih panjang untuk mengurangi pelebaran cacat retak.

Pada jenis kayu yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi, sebelum pohon ditebang dilakukan pemotongan kulit kayu pada bagian pangkal pohon beberapa bulan sebelum penebangan. Waktu tersebut dimaksudkan untuk menghambat penyaluran makanan ke daun, yang pada dasarnya berupa cairan, sehingga ketika beberapa bulan tidak ada supply makanan dari akar pohon tersebut akan mengering alami dalam bentuk dan ukuran yang utuh.

Penyusutan pada log sebenarnya tidaklah terlalu besar mengingat luas penampang yang menjadi pintu keluarnya air dari dalam kayu tidaklah seluas pada kayu yang telah dibelah dan dipotong. Dan berdasarkan ukuran diameter log, kemungkinan air yang keluar hanya akan terjadi pada permukaan log yang sangat tipis dibandingkan dengan diameter log itu sendiri.

MENCEGAH CACATAN PADA SAAT PENGANKUTAN


Mencegah Cacat Log Saat Pengangkutan

Untuk mendapatkan kualitas kayu yang baik, berbagai cara perawatan harus dilakukan bahkan ketika kayu log masih di hutan. Bagi pabrik konsumen log, pengawasan tersebut tidak mungkin dilakukan secara menyeluruh. Pabrik hanya menerima log sesuai dengan kondisi setelah log tiba di areal penyimpanan (log yard). Namun begitu, tidak ada salahnya jika kita sebagai pembeli log memiliki sedikit pengetahuan tentang bagaimana mencegah kerusakan log terutama saat pengangkutan.
Jenis alat pengangkutan bisa berupa angkutan darat, sungai ataupun laut. Banyaknya pihak berbeda yang melakukan pengangkutan memberi kesulitan untuk kontrol secara penuh, sehingga tindakan pencegahan yang paling efektif. terutama bagi perusahaan log trader.

Pilih alat angkut yang aman. Pada saat pemindahan log sebaiknya menggunakan alat angkut yang tertutup pada bagian samping depan dan belakang sehingga log tertahan dari resiko jatuh atau benturan benda tajam.
Bagian penampang log (kedua sisi) dicat agar mencegah air keluar/masuk sehingga menimbulkan retak. Seperti halnya kayu gergajian,

Untuk mendegah gerakan retakan ujung log karena cuaca saat pengangkutan, pasang paku pengaman pada penampang log. material ini akan sedikit berbiaya tapi fungsinya akan sangat bermanfaat bagi penjual ataupun pembeli log.

Sebaiknya pula kulit kayu jangan dikelupas sebelum sampai di area penggergajian (sawmill). Kulit membantu melindungi bagian kayu dari goresan-goresan ataupun benturan selama pengangkutan.

Apabila memungkinkan, tidak perlu dilakukan pemotongan log. Lebih panjang log, lebih besar rendemen kayu gergajian. Lebih kecil pula resiko ukuran log yang retak ujung. Penumpukan log di atas alat angkut perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak banyak pergerakan selama perjalanan. Misalnya dengan meletakkan log yang melengkung di atas yang lurus atau meletakkan log dengan diameter besar di antara diameter yang kecil.

CARA MEMBELI KAYU S2S,S4S


Membeli Kayu S4S, adakah Kekurangannya?


Istilah S2S atau S4S mungkin sudah sering anda dengar, terutama sebagian besar pelaku bisnis kayu gergajian. Kepanjangan dalam bahasa Indonesia adalah Serut 4 Sisi, dan dalam bahasa Inggris Slice 4 Sides. Artinya proses pengolahan kayu hanya sampai pada penyerutan 2 sisi atau 4 sisi. Pada status S4S cukup jelas bahwa penyerutan pada ke-empat sisi kayu dan tentu saja empat sisi tersebut harus bersudut siku dengan baik. Ukutan ketebalan dan lebar kayu lebih baik diberi toleransi sebesar 0,5 - 1,00 mm untuk proses selanjutnya dan resiko penyusutan.

Lalu apa yang dimaksud dengan S2S (Serut 2 Sisi)? Apakan hanya kedua sisi tebal/lebar yang diserut atau satu sisi lebar dan satu sisi tebal?
Yang saya amati beberapa perusahaan kadang-kadang mempunyai permintaan khusus hanya pada sisi lebar dengan pertimbangan untuk mempercepat proses selanjutnya.

Tidak ada yang salah pada 2 bagian sisi mana yang diserut, masing-masing memiliki kepentingan sendiri. Konsumen meminta serut 2 sisi hanya pada bagian tebal/lebar misalnya karena mereka akan memproses kayu tersebut menjadi laminating, sehingga harus 2 sisi sejajar yang dihaluskan untuk sisi penyambungan.
Serut dua sisi pada satu sisi tebal dan satu sisi lebar dibutuhkan oleh perusahaan yang ingin memiliki toleransi lebih besar daripada S4S.

Mengapa tidak gergajian, melainkan S4S?
Ini sebenarnya lebih cenderung kepada masalah terbatasnya equipment yang memadai, efisiensi kerja dan resiko pengontrolan rendemen. Bagi pabrik yang tidak memiliki mesin serut yang bisa memenuhi standard kecepatan dan kualitas, proses penyerutan membutuhkan enerji yang tinggi sementara proses lain yang lebih penting menjadi tertunda dan lemah.

Selain itu dengan membeli S4S, pabrik tidak perlu memikirkan perawatan mesin serut dan pembuangan limbah serut dan tidak dipungkiri bahwa volume limbah dari proses ini cukup tinggi. Pada akhirnya adalah membantu mempertinggi prosentase rendemen.
Pabrik akan mampu me(ng)konsentrasikan dumber dayanya kepada proses yang lebih detail di dalam produksi komponen.

Lalu apa kekurangan dari sistem transaksi S4S ini? Dari sifat kayu bisa dikatakan hampir tidak ada, karena kayu yang telah diserut berarti sudah dikeringkan dengan baik dan cara penumpukan akan lebih baik pula. Namun tetap ada resiko benturan pada saat pengangkutan walaupun pada waktu pengirimanpun diletakkan di atas suatu pallet kayu yang dilindungi oleh plastik. Walaupun demikian S4S tetap beresiko pada saat pengangkutan karena beitu banyak pihak yang terlibat dalam proses pengangkutan yang mana tidak seluruhnya memahami perawatan kayu.

KEKUATAN LEM PADA KAYU



Menguji Kekuatan Lem Kayu


Lem kayu dan metode aplikasinya menjadi bagian paling penting dalam proses pekerjaan kayu, terutama kayu untuk furniture.

Sebagai pilihan utama teknis dan metode sambungan, lem kayu berperan sangat besar dalam hal menentukan kekuatan konstruksi kayu. Artikel ini hanya akan membahas jenis lem kayu PVAC (Polyvinyl Acetate) atau lebih dikenal dengan nama lem putih, karena memang warnanya putih.

Untuk melihat seberapa kuat lem yang anda gunakan pada perabot kayu, mari kita lihat beberapa metode yang praktis.

1. Cross Grain - Ilustrasi di bawah adalah pengeleman 2 batang kayu tanpa konstruksi apapun. Setelah lem benar-benar kering, berikan tekanan pada bagian batang yang melintang dengan tekanan secara bertahap dalam beberapa kekuatan dorong yang berbeda.
Dari setiap langkah tersebut, amati pergerekan sambungan dan kondisi terakhir kayu pada saat sambungan terbuka karena tekanan. Dengan menggunakan jenis lem sama dari merek yang berbeda, anda akan menemukan merek tertentu memiliki ketahanan berbeda.



Ilustrasi posisi sambungan


2. Searah Serat - Dari sebatang kayu balok, potong dengan sudut potong kurang lebih 15 - 20 derajat. Lalu sambungkan kembali dua potong kayu tersebut dengan menggunakan lem putih. Sambungan tepat pada bekas gergajian.
Setelah lem benar-benar kering, ikat potongan kayu sehingga tidak bergerak dan lakukan tekanan terhadap sisi lainnya secara bertahap sampai kedua batang kayu tersebut terpisah sebagaimana garis pemotongannya (atau kadang serat kayu ikut terbuka).



3. Perendaman - Cara ini lebih cocok untuk pengetesan lem pada perabot luar ruangan (garden furniture). Dua batang kayu dengan ukuran sama dilapiskan menjadi satu (persis proses laminasi) dan tunggu hingga benar-benar kering.
Lalu kayu laminasi tersebut direndam di dalam air hingga meresapnya air akan mempengaruhi sambungan tersebut. Kualitas lem yang baik biasanya akan bertahan lebih lama.

Tentu saja ada beberapa metode lain yang lebih akurat dan aktual yang bisa anda gunakan. Secara praktis, dari ketiga metode di atas akan dapat segera diketahui jenis lem mana yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan.

Untuk menghasilkan reset yang fair dan jelas, ada beberapa tips khusus yang perlu diperhatikan:
1. Gunakan jenis kayu yang sama dengan kekerasan (density) yang tidak jauh berbeda.
2. Lem kayu normalnya harus dibiarkan kering 24 jam setelah penyambungan, namun ada beberapa merek dan jenis lem putih tertentu yang memiliki 'drying time' berbeda. Sebaiknya ikuti petunjuknya dengan seksama.
3. Ukuran kayu untuk pengetesan juga harus sama agar memiliki tekanan yang relatif setara.
4. Lakukan aplikasi pengolesan lem dengan cara yang sama pada semua kayu yang diuji.
5. Jarak titik tekanan dengan titik pusat sambungan harus sama, sehingga moment yang diterima juga sama.

PAPAN YANG CACAT


Papan Beresiko Melengkung Lebih Besar

Membelah log menjadi beberapa bagian papan secara teknis pengerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Dari segi kualitas sebenarnya cara pembelahan ini beresiko lebih tinggi menghasilkan limbah. Lembaran papan yang tidak tertata dengan baik di dalam Kiln Dry akan lebih banyak menyusut dan melengkung.

Oleh karena itu pada proses penggergajian kayu untuk papan sebaiknya dilakukan pemilihan lebih hati-hati. Untuk log yang berbentuk cenderung bundar akan lebih tahan terhadap gerakan penyusutan. Mengapa? Log silindris memiliki kekerasan dan kerapatan serat yang seimbang sehingga pada waktu pengeringan walaupun terjadi penyusutan akan tetapi tersebar hampir rata di seluruh permukaan kayu lembaran.
Metode pembelahan yang terbaik adalah metode quarter sawn. Ada keterbatasan akan lebar papan yang dihasilkan, tapi dengan melihat proses selanjutnya akan menghemat limbah dan meningkatkan kualitas kayu.

Banyak hal lain yang terjadi pada cacatan kayu, pada sebenar nya tidak bermasalah jika kita bisa gunakan keretifan kita terhadap kayu yang melengkung sebagai berikut :


alat untuk mengukir

PAHAT-PAHAT UNTUK MENGUKIR
.• Pahat penguku 1 set : 20 dari besar sampai yang kecil.
 • Pahat datar 1 set : 10 dari besar smpai yang kecil.

 o Pahat paling kecil 1ml
 o Pahat paling besar 40ml

• Pahat kol 1 set : 5,dan ada yang 10.

o Pahat kol paling kecil 5mm
o Pahat kol paling besar 4,5mm

• Pahat coret 1 set ada 3 buah, ada paling besar,sedang,dan kecil.

o Pahat coret yang kecil 3mm
o Pahat coret yang besar 1,5cm.

Gambar pahat-pahat untuk mengukir :





MY GALLERY